Mengerti lapar emosi (part 1)

mengerti lapar emosi
Anda lagi-lagi bosan dan tidak ada kerjaan. Ada buku yang belum selesai dibaca namun anda sedang tidak bersemangat untuk membaca buku apalagi habis membaca laporan tahunan ratusan halaman tadi siang. Anda pun bergerak dan membuka kulkas berharap ada sesuatu yang bisa menghilangkan kebosanan anda, terlihat sebatang kit-kat rasa teh hijau yang diberikan teman kerja anda. Anda pun dengan cepat mengambil kit-kat tersebut dan melahapnya.

Apakah hal diatas familiar? apa yang terjadi diatas merupakan kejadian yang sering disebut emotional eating. Misalnya saat kita gembira kita jadi ingin makan yang manis, saat kita sedih kita ingin makan es krim, saat kita marah kita ingin makan pisang goreng atau lainnya tergantung preferensi setiap orang. Semua yang baru disebut di atas adalah bentuk dari emotional eating yang artinya makan bukan karena lapar secara fisik.

Para ahli meneliti apa saja yang dapat menjadi alasan dari makan karena lapar emosi. Beberapa hal yang paling sering adalah:

1. Level Kortisol (stress)

Kortisol sering disebut sebagai hormon stress. Kortisol memiliki fungsi yang baik dalam tubuh, sayangnya kalau berlebihan maka ia akan mengganggu kerja tubuh kita. Salah satu efek dari tingginya kadar kortisol dalam tubuh adalah meningkatnya keinginan kita untuk mengkonsumsi yang asin atau yang manis.

2. Kebiasaan sejak kecil

Makanan mungkin merupakan salah satu hal yang paling sering digunakan sebagai hadiah atau menenangkan seseorang. Saat kita masih kecil orang tua kita mungkin memberikan permen atau coklat saat kita berbuat baik. Saat kita menangis orang tua akan memberikan es krim atau susu untuk membuat kita diam. Saat kita mulai remaja sering kali teman-teman kita mengajak makan-makan untuk merayakan hal-hal dalam hidup mereka.

Kebiasaan menggunakan makanan sebagai hadiah atau penenang pikiran menciptakan keterikatan kepada makanan. Saat kita stress kita mencari hal yang dulu pernah membuat kita bahagia. Kadang-kadang hal terdekat yang kita miliki hanyalah makanan. Karena kita tidak memiliki cara lain untuk mengurangi stress kita maka kita secara otomatis menggunakan makan untuk mengurangi stress kita.

3. Menyembunyikan perasaan

Saat kita mengalami emosi yang tidak menyenangkan terkadang orang akan lari ke makanan untuk menyembunyikan perasaan tersebut. Makan menyebabkan emosi tersebut terkubur untuk sementara sehingga kita bisa merasa nyaman. Sayangnya hal ini hanyalah solusi sementara dan malah menimbulkan masalah.

4. Rasa bosan

Sebagai manusia kita sebenarnya tidak terbiasa untuk tidak melakukan apa-apa. Manusia seringkali harus aktif baik itu berolahraga, bekerja, menonton TV atau sebagainya. Itulah sebabnya meditasi seringkali menjadi hal yang sulit dilakukan karena menyangkut tidak melakukan apa-apa selama kurun waktu tertentu. Saat kita bosan salah satu pelarian kita adalah dengan memberikan pekerjaan pada diri kita. Dan pekerjaan itu salah satunya adalah makan.

5. Pengaruh sosial

Saya kadang-kadang berkumpul dengan teman saya untuk makan bersama. Suatu saat saya bertemu teman saya untuk makan malam bersama. Saat saya duduk memesan makanan, dia pun ikut memesan makan. Setelah itu saya bertanya "kok, belum makan sudah jam segini?" kebetulan saat itu memang sudah sangat malam. Dia membalas "oh, sudah kok, ngemil aja."

Saat kita bertemu dengan teman, seringkali kita merasa tidak nyaman bila saat teman kita makan, kita hanya menonton saja. Belum lagi saat kita makan bersama kerabat sering kali kerabat-kerabat kita tanpa henti menyodorkan makanan kepada kita. Hal ini dapat menyebabkan makan berlebihan yang tentunya tidak kita inginkan.


0 comments:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | GreenGeeks Review