Deja vu, Jamais vu, Presque vu (part 2)

Berlawanan dengan efek deja vu yang sangat populer di masyarakat, jamais vu hampir tidak dikenal oleh kebanyakan orang. Berlawanan dengan Deja vu yang berkaitan dengan perasaan familiar terhadap suatu kejadian, Jamais vu berkaitan dengan perasaan tidak familiar dengan suatu hal padahal pikiran rasional tahu bahwa ia pernah mengalami, melihat, mendengar atau merasakan hal tersebut sebelumnya.

Seorang yang mengalami Jamais vu bisa saja berbicara dengan kawan lamanya dan tiba-tiba kawan lamanya itu terasa asing, seakan-akan mereka belum pernah bertemu sebelumnya. Perasaan ini mungkin kurang disadari dibandingkan dengan Deja vu yang terasa lebih Wah. 

Fenomena jamais vu ini sebenarnya sering terjadi di saat seorang murid belajar untuk ujian. Dimana ia sedang menghafal sebuah kalimat terus menerus dan tiba-tiba untuk jangka waktu yang pendek ia merasa kalau dia belum pernah mempelajari kalimat tersebut sebelumnya. 

Sebuah penelitian untuk menguji eksistensi jamais vu dilakukan oleh Chris Moulin dari Leed University, ia meminta 92 voluntir untuk menulis kata "pintu" sebanyak 30 kali dalam waktu 60 detik, dan hasilnya 68% dari voluntir mengalami fenomena jamais vu seperti mulai merasa kalau "pintu" itu bukan sebuah kata yang benar-benar ada. Keadaan ini mirip dengan hal yang dialami mereka yang menderita schizophrenia.


Presque Vu

Pernahkan anda ditanya oleh teman anda tentang suatu hal, lalu saat anda ingin menjawab anda lupa apa yang anda ingin katakan. Entah kenapa perasaan ini aneh sebab baru saja kata itu ada di otak anda, lalu saat mau diucapkan ia hilang atau bila tidak hilang sepenuhnya, anda merasa kalau kata itu sudah ada di ujung lidah, tapi tak bisa keluar.

Apa yang anda alami adalah fenomena Presque Vu atau lebih sering disebut Tip of tounge. Ini merupakan fenomena dimana seseorang mengalami kegagalan untuk mengingat sebuah kata dari ingatan kita dan mengeluarkannya, ditambah dengan perasaan dimana perlu untuk mengingat hal tersebut meskipun kita hanya mampu mengingat sebagian dari kata yang ingin diucapkan.

Terdapat dua teori utama yang mencoba menjelaskan fenomena ini yaitu direct access view dan inferential view. Direct Access view menyatakan bahwa ingatan tidak cukup kuat untuk memanggil kata yang diinginkan, namun cukup kuat untuk memanggil kondisi ingat. Sedangkan inferential view menyatakan bahwa subyek menduga kata yang akan diucapkan dan mereka mencari petunjuk dari berbagai ingatan yang dapat diakses saat itu.

Selain kedua teori tersebut masih banyak teori lain yang mencoba menjelaskan Presque Vu. Dan bukan hanya itu, Deja vu dan Jamais vu juga masih menjadi obyek penelitian yang menarik bagi banyak peneliti. Begitu pula dengan banyak lagi fenomena pikiran kita yang begitu luar biasa dan masih perlu banyak dipelajari lagi.







Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | GreenGeeks Review