Seni dan manfaat mendengar

Kata pertama keluar dari mulut kita dan orang tua kita yang mendengar kata pertama kita tersebut begitu gembira pada fakta bahwa kita dapat berbicara. Mulai saat itu kita terus-menerus diajarkan untuk berbicara. Kita mulai menghafalkan alfabet dengan bantuan lagu. Kita diajarkan tata bahasa yang benar dan sopan saat berbicara.

Sering terlupakan bahwa ada satu kemampuan lagi yang sering terlewatkan oleh orang tua dan guru-guru kita. Kemampuan ini adalah kemampuan yang dimiliki hampir semua orang sejak ia lahir. Kita sendiri menganggap diri kita sudah ahli dalam menggunakan kemampuan yang satu ini, khususnya karena kita sudah menggunakannya sejak kecil sampai dewasa. Kemampuan ini adalah mendengar.

Oke, memang benar kita semua dapat mendengar bila kita tidak memiliki kekurangan secara fisik. Namun, apakah kita benar-benar mendengarkan saat kita mendengar. Apa yang saya maksud dengan mendengar disini adalah yang sering disebut mendengar secara aktif (active listening).

Kita sering melupakan kalau mendengar merupakan hal yang sangat penting khususnya bagi kita makhluk sosial. Amess, Maissen, dan Brockner dalam journal of research in personality membuktikan bahwa ternyata mendengar juga dapat meningkatkan kemampuan persuasif kita dan juga meningkatkan pengaruh kita terhadap orang lain. Jadi bagi mereka yang berada di industri penjualan tentu harus mulai semakin memperhatikan hal ini.

Dalam sebuah artikel di Mckinsey Quarterly, Bernard Ferrari menyatakan bahwa ada tiga kebiasaan yang dimiliki oleh seorang eksekutif, konsultan dan ahli bedah, dengan mempelajari tiga kebiasaan ini anda akan dapat meningkatkan kemampuan mendengar anda. Ketiga kebiasaan tersebut adalah


  • Menghormati orang lain : Seorang pendengar yang baik tahu bahwa dengan mendengarkan kita akan mendapat informasi yang berharga. Dengan mendengarkan dan membuat orang tahu bahwa kita menghormati pendapat dia, kita akan meningkatkan hubungan kita menjadi lebih baik.
  • Mendengar lebih banyak daripada bicara: Gunakan hukum Pareto 80/20 dengan baik saat mendengarkan. Kita bisa memakai 80% waktu kita untuk mendengar dan 20% waktu kita untuk berbicara. Gunakan 20% waktu ini dengan baik-baik, pakailah untuk bertanya pertanyaan yang dapat menggali informasi dan mengarahkan pembicaraan ke arah yang baik. Teknik yang sangat terkenal dalam hal ini adalah pacing-leading.
  • Pertanyakan asumsinya: Sebagai pendengar yang baik kita harus selalu mencari tahu dan mempertanyakan asumsi/generalisasi yang digunakan. Lakukan chunk down dan chunk up seperlunya. Chunk down secara sederhana adalah mempertanyakan detail sedangkan chunk up adalah menggerakkan pembicaraan ke topik yang lebih general. Meta-model yang dilakukan Gandalf adalah contoh dari Chunk down.
Menjadi pendengar yang baik sama layaknya mempelajari sebuah teknik atau ilmu, memerlukan waktu dan latihan. Salah satu hypnotherapist dalam sebuah forum pernah mengatakan bahwa teknik terbaik yang ia miliki adalah ilmu mendengarkan. Mendengarkan juga terbukti mampu membuat hubungan kita dengan pasangan atau teman-teman kita menjadi lebih akur dan baik dan membangun. 

Selamat mendengar,

"Lawan kata dari mendengarkan bukanlah berbicara, melainkan menunggu" Fran Lebowitz



    0 comments:

    Post a Comment

    Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

     
    Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | GreenGeeks Review