Bila kita menanyakan apa makna kata bebas menurut anda maka kita akan mendapatkan jawaban yang beragam. Ada orang yang mengatakan bahwa kebebasan adalah bebas untuk berkelana ke seluruh dunia, melakukan hal-hal menyenangkan tanpa perlu memikirkan tentang uang. Beberapa orang mengatakan bebas adalah dapat berkumpul bersama orang-orang yang sepikiran dan dapat membuat dirinya bebas dalam mengutarakan apa yang ada di pikirannya.
Kebebasan menurut Cambridge Dictionary adalah kondisi dimana kita dapat bertindak tanpa adanya halangan atau hambatan apapun. Dan daripada mengatakan bahwa kebebasan bagi setiap orang itu berbeda, saya lebih senang mengatakan bahwa setiap orang menghargai hal yang berbeda dan karena itulah mereka memiliki definisi kebebasan yang berbeda.
Saat seseorang sedang terjebak dalam hutang, maka makna kebebasan dirinya kemungkinan besar adalah bebas finansial. Bahkan saya menduga alasan topik bebas finansial sangat populer di Amerika adalah karena kebanyakan penduduk Amerika terjerat dalam hutang.
Sedangkan seorang pemuda yang dipaksa ibunya untuk belajar mungkin mengatakan kalau kebebasan adalah kemampuan untuk dapat bermain bersama temannya, menuangkan hobinya, atau melakukan apapun yang ia ingin lakukan.
Dan seperti orang-orang lainnya, kita semua juga memiliki apa yang kita anggap penting saat ini atau sesuatu yang kita ingin lakukan saat ini, namun kita belum dapat menikmatinya karena tertahan oleh suatu hambatan.
Sebagai contohnya ada orang yang ingin memiliki kebebasan finansial, setelah mengikuti seminar dan pelatihan, ia pun mengkonklusikan bahwa untuk mendapatkan hal tersebut ia harus memiliki apa yang dinamakan Passive Income atau penghasilan yang terus mengalir ke kantongnya meski ia tak bekerja. Trainernya mengatakan bahwa ia harus mengalirkan arus kas-nya ke kolom aset daripada ke kolom liabilitas.
Ia pun pulang dari seminar itu dengan wajah senang, dalam dirinya sudah terbayang apa yang ingin ia lakukan setelah mencapai kebebasan finansial, ia ingin pergi ke Eropa dan tak hanya itu, ia juga akan membiayai seluruh keluarganya untuk pergi bersamanya. Setelah sampai ke rumah ia pun berbicara dengan istrinya mengenai semua ilmu yang ia dapatkan dari trainernya ini. Istrinya pun menjawab
"Utang KPR kita belum lunas, gaji pas-pasan, anak sebentar lagi mau kuliah, kamu gak punya pengalaman dalam investasi, emergency fund (uang darurat) kita belum mencukupi, bagaimana mau beli aset?"
Saat itu sang suami yang tadinya semangat langsung lemas karena menyadari bahwa kebebasan finansial yang tadinya terlihat di depan mata menjadi terhalangi dengan semua masalah yang harus ia hadapi sebelum mencapai kebebasan itu. Bila kebebasan dapat dihitung dengan skala 1 - 10 di mana 10 adalah sangat bebas dan 1 adalah sangat tidak bebas maka, Maka
perasaan bebas sang suami tiba-tiba berkurang dari 10 menjadi 3.
Cerita di atas sangatlah menarik, karena saat ia pulang dari seminar membawa ilmu-ilmu barunya, saat itu kemungkinan ia merasa bebas meski pada kenyataannya sebenarnya ia memiliki banyak hal yang harus ia benahi dalam kehidupan finansialnya. Sedangkan ia kembali terpenjara dalam ketidak-bebasan saat menyadari bahwa ia ternyata belum bebas.
Perasaan Bebas
Berbeda dengan bebas melakukan sesuatu, perasaan bebas dapat kita rasakan bahkan sebelum mendapatkan apa yang kita inginkan. Sebelum kita membahas lebih jauh, mari kita kembali ke hal mendasar. Secara sederhana motivasi seseorang terpengaruh oleh 4 hal, Hadiah, Hukuman, Pembatasan dan Pemaksaan.
Saat kita membicarakan hadiah di sini, kita tak hanya membicarakan reward yang sifatnya material, reward bisa saja hanya sekedar senyuman kecil, tepukan dipunggung, ucapan terima-kasih dan sebagainya. Hukuman adalah sesuatu yang akan kita derita bila kita tak melaksanakan sesuatu, pembatasan adalah seperti saat ibu kita melarang kita untuk makan donut setiap hari dan pemaksaan adalah seperti saat seorang anak diminta untuk makan padahal ia sedang tidak mau makan.
Kita secara sadar maupun tidak sadar menggunakan keempat faktor tersebut saat kita meminta orang lain atau diri kita sendiri untuk melakukan sesuatu. Misalnya saat kita diminta oleh teman kita untuk membantunya mengantarkan barang, ia berjanji akan mentraktir anda makan bila anda membantunya. Saat itu anda merasa rewards yang ia tawarkan pantas dengan apa yang perlu anda lakukan, anda pun membantu teman anda dengan senang hati.
Sungguh menarik bahwa saat kita diminta untuk melakukan sesuatu dengan janji untuk diberikan reward, kita tidak akan merasa bahwa perasaan bebas kita dirampas atau berkurang. Kita akan melakukan hal itu karena merasa bahwa kita melakukannya untuk diri kita sendiri dan untuk itu anda sebenarnya bebas untuk menolak untuk menerima tawaran tersebut.
Sedangkan tiga motivator lainnya Hukuman, Pembatasan dan Pemaksaan akan membuat kita merasa bahwa kebebasan kita telah dirampas. Khususnya pemaksaan, saat kita terancam akan dihukum bila kita melakukan sesuatu, maka kita akan merasa bahwa kebebasan kita sedikit berkurang, bila kita membatasi orang untuk melewati suatu daerah dengan memasang pagar, maka orang itu juga akan merasa kebebasannya sedikit berkurang saja.
Kita merasa kebebasan kita berkurang paling banyak saat kita dipaksa untuk melakukan sesuatu yang tidak ingin kita lakukan. Misalnya bila kita ditodong oleh perampok untuk memberikan harta kita, saat itu kita merasa kebebasan kita sangat terkuras.
Sehingga bisa dikatakan bahwa untuk membuat sebuah dunia yang baik maka diperlukan dunia di mana orang-orang di motivasi sebanyak-banyaknya oleh rewards dan sedikit-dikitnya dengan hukuman, paksaan, dan pembatasan.
Sayangnya utopia seperti itu adalah mustahil karena sifat dasar kita saat menerima hadiah. Saat kita ditawarkan hadiah maka kita akan mempertimbangkan apakah hadiah itu sepadan dengan apa yang harus kita korbankan untuk mendapatkan hadiah dan semakin besar titik awal kita maka semakin tinggi pula reward yang diperlukan untuk membuat kita merasa puas.
Misalnya saat kita hanya memiliki 1.000.000 rupiah di tabungan kita dan seseorang menawarkan kita untuk melakukan pekerjaan dengan bayaran 100.000 rupiah per hari namun pekerjaan itu sangatlah berat. Karena kita sedang memerlukan uang dan uang kita sedikit maka kita akan merasa uang tersebut sangat banyak dan akan menerima pekerjaan itu dengan senang hati.
Sekarang bayangkan anda memiliki uang 50 juta rupiah dan ditawari pekerjaan dengan bayaran 100.000 rupiah, maka saat itu anda kemungkinan akan merasa bahwa pekerjaan itu sangat melelahkan namun tidak memberikan imbalan yang cukup.
Dalam kedua kasus di atas meskipun anda dijanjikan imbalan yang nominalnya sama namun pada contoh kedua anda sudah memiliki harta yang cukup besar sehingga imbalan yang dijanjikan terasa tidak begitu memuaskan dibandingkan bila anda berada di kondisi pertama.
Keadaan inilah yang membuat semakin sulit bagi kita untuk menggunakan reward sebagai motivator bagi orang yang sudah memiliki kecukupan. Sehingga lebih mudah menggunakan hukuman, pemaksaan atau pembatasan.
Begitu juga sebaliknya dengan hukuman, bila kita menganggap sebuah hukuman terlalu ringan maka otomatis kita juga akan melakukan pelanggaran karena merasa kita akan mendapatkan kepuasan yang lebih besar bila kita melanggar dibandingkan dengan resiko hukuman yang akan kita terima.
Melihat kondisi-kondisi tersebut maka kita tahu bahwa sebenarnya merasa bebas dan bebas adalah dua hal yang berbeda. Seseorang dapat saja berada di dalam rumah yang indah dan merasa terpenjara dalam kehidupan yang membosankan, namun bisa saja seseorang yang berada dalam penjara setelah merenungkan perbuatannya merasa terbebaskan dari segala beban hidupnya yang ada. Bisa dikatakan bahwa kebebasan bisa saja berasal dari dalam hati tanpa perlu memiliki syarat materi. Orang-orang menyebutnya sebagai
psychological freedom.
Kebebasan dari dalam hati
Berbeda dengan definisi freedom sebelumnya, psychological freedom berasal dari dalam diri dan sudah ada sejak kita lahir. Akan tetapi freedom ini lama-lama berkurang dan terkengkang seiring dengan kemelekatan kita terhadap label, nama, karakter, sifat, materi, tahta dan lainnya.
Kebebasan dari dalam hati artinya anda lepas dari segala label yang melekat kepada diri. Kita lepas dari opini orang lain terhadap kita, kita lepas dari perlunya membuktikan bahwa diri kita hebat, kita bebas dari kesombongan, kemarahan kesedihan, keinginan untuk menang dan banyak hal lagi.
Pencapaian kebebasan dari hati merupakan apa yang dicari oleh banyak orang-orang suci. Mereka bertapa dengan sangat rajin, melatih diri, meditasi dan lainnya untuk mendapatkan apa yang disebut kebebasan dari dalam hati ini.
Tak hanya orang suci, kita orang biasa pun terkadang ingin lepas atau bebas dari belenggu yang ada dalam kehidupan kita. Misalnya orang yang datang ke
klinik hipnoterapi Indomind Consulting untuk lepas dari kebiasaan merokok, untuk lepas dari mudah marah, mudah panik, mudah stress dan lainnya.
Keinginan untuk bebas dari hal tersebut kadang lebih kuat dari keinginan kita akan materi sehingga banyak orang yang rela membayar banyak uang untuk belajar dari orang-orang yang mengatakan bahwa diri mereka telah bebas. Banyak orang yang melihat mereka yang lepas dari kemelakatan duniawi itu hebat dan berharap bahwa mereka juga dapat menjadi seperti orang-orang itu.
Tentunya mereka tak melakukannya karena masih terdapat alasan-alasan yang membatasi mereka seperti orang-tua, saudara atau anak-anak yang harus mereka nafkahi dan rawat. Atau mereka secara bawah sadar masih tak sanggup melepaskan kenikmatan duniawi yang mereka miliki sekarang ini.
Untungnya kebebasan dalam hati tak harus didapatkan dari menyepi, menjadi biksu hutan, atau menjadi pertapa. Kita bisa mendapatkan kebebasan psikologis dalam kehidupan kita sehari-hari. Yang perlu kita lakukan adalah melatih diri untuk semakin menyadari apa yang terjadi di dalam diri kita saat kita menerima stimulus dari luar.
Apakah kita marah bila kita diusili teman kita, bila iya kenapa kita marah? apakah kalau kita marah maka teman yang mengusili kita akan menyesal? apakah marah akan menyelesaikan masalah atau memperumit masalah? Setelah menanyakan respons anda maka saat itu anda dapat memilih untuk marah atau tidak marah. Saat anda melakukan hal ini maka anda memilih untuk menjadi responsif daripada reaktif.
Kebebasan dari dalam hati bukanlah sesuatu yang didapatkan dengan meraih, hal ini hanya dapat didapatkan dengan cara melepas apa yang sudah terprogram di bawah sadar kita sejak kecil. Menjadi bebas secara psikologis berarti anda memilih untuk menjadi orang yang menyadari tindakan yang kita lakukan, bebas dari stimulus-stimulus yang muncul dari dalam maupun luar diri kita.
Untuk mencapai kebebasan ini bukanlah mudah namun bukan tak bisa dicapai, untuk bila anda juga ingin mendapatkan kebebasan dari dalam hati maka mari kita sama-sama menempa diri membebas hati dari segala belenggu yang kita ciptakan sendiri.
Windalfin
Mind Consultant