Meditasi dan manfaatnya

Dalam artikel Introduction to Meditation saya menulis bagaimana langkah-langkah yang ada dalam meditasi dan apa saja tahap-tahap yang mampu dicapai oleh meditasi menurut prinsip buddhisme. Kali ini kita akan membicarakan hal yang lebih umum yaitu fungsi meditasi itu sendiri.

Pada negara barat meditasi kini menjadi sebuah hal yang ngetrend. Banyak orang yang mulai belajar ilmu meditasi karena banyaknya manfaat yang dapat diberikan dari praktik ini. Para peneliti pun mulai mencari-cari apa sebenarnya fenomena meditasi ini. 

Beberapa peneliti mengundang praktisi meditasi dari India ke laboratorium mereka. Lalu mereka menggunakan banyak alat canggih mulai dari FMRI, PET, SPECT dan banyak alat lain lagi. Semua ini dilakukan atas dasar rasa penasaran para ahli otak mengenai apa yang terjadi pada otak dan pikiran manusia saat mereka melakukan meditasi.

Meditasi sudah dipraktikkan sejak jaman kuno dan terus berkembang hingga sekarang. Terdapat banyak sekali teknik-teknik dalam meditasi, baik yang statik maupun yang bergerak. Untungnya secara luas, teknik meditasi dapat dibagi menjadi dua kategori: meditasi menggunakan fokus/atensi (Samatha) dan meditasi menggunakan kesadaran (Vipassana).

Dalam meditasi fokus/Samatha kita mengarahkan kesadaran kita kepada sebuah objek yang biasa disebut sebagai objek meditasi misalnya nafas atau suara. Dari fokus tersebut kita akan mencapai keadaan hening dan tenang. 

Sedangkan dalam meditasi kesadaran, meditator akan menyadari segala hal yang terjadi di sekelilingnya, namun tidak bereaksi atas stimuli yang ada. Tujuan dari meditasi kesadaran adalah membuat praktisinya melihat segala hal sebagaimana adanya. 

Mungkin beberapa dari anda pernah juga melakukan meditasi sambil mendengarkan musik. Saya juga sempat melihat banyak cd-cd musik relaksasi untuk meditasi yang dijual di toko-toko. Praktik meditasi sambil mendengarkan musik mungkin muncul karena banyaknya para praktisi pengobatan alternatif sering memutarkan lagu yang merilekskan dalam sesi mereka. Lagu-lagu yang membuat rileks inipun dikenal sebagai lagu meditasi. 

Dalam praktiknya sebaiknya seorang meditator tidak menggunakan musik sebagai obyeknya. Salah satu tujuan meditasi adalah melepas dan menemukan kebahagiaan dalam diri kita, sedangkan musik memiliki efek menarik perhatian dan melekat di pikiran kita. Kita bisa saja merasa bahagia saat mendengar musik tersebut, namun kebahagiaan tersebut bukanlah dari melepas melainkan dari kemelekatan. Dan kebahagiaan dari kemelekatan bukanlah kebahagiaan sejati yang ingin kita dapatkan dari meditasi. 

Selain mendapatkan kebahagiaan sejati tersebut, meditasi juga dapat membuat kita lebih sehat baik secara fisik maupun secara mental. Kita tahu bahwa stress adalah salah satu penyebab dari banyak penyakit mematikan. Dan meditasi dikatakan mampu menurunkan tingkat stress baik orang yang sehat maupun mereka yang sedang sakit.

Desbordes, Nagi, Pace dan timnya meneliti bagaimana efek meditasi terhadap penjagaan emosi manusia setelah keluar dari keadaan meditasi. Dalam penelitian itu peserta diminta untuk bermeditasi 20 menit tiap harinya. Alhasil setelah dicek ditemukan bahwa para peserta mengalami penurunan aktivitas pada Amygdala (bagian otak yang berfungsi mengatur emosi, ingatan dan perhatian) saat ditayangkan gambar-gambar yang positif, netral maupun gambar yang negatif.

Peserta juga diminta untuk mengisi kuesioner mengenai depresi dan ketegangan sebelum mereka memulai program, dan ditemukan juga mereka yang melakukan meditasi mengalami penurunan dalam tingkat depresi mereka.

Melihat banyaknya manfaat dari meditasi, mungkin anda mulai bertanya-tanya bagaimana cara bermeditasi yang baik. Saat ngobrol dengan beberapa klien, saya menemukan bahwa banyak klien saya yang tertarik untuk melakukan meditasi namun kurang tahu caranya atau bertanya-tanya apakah cara yang selama ini mereka gunakan sudah benar atau belum. Bila anda belum membaca artikel meditasi saya sebelumnya. Saya sarankan untuk membacanya di sini untuk mendapat pemahaman lebih banyak mengenai meditasi.

Salam hening...


Is it good being good?


Sebuah pertanyaan dilontarkan di status facebook seorang teman saya bertanyakan: Apakah baik menjadi baik? Pertanyaan ini membuat saya sedikit berfikir dan kemudian langsung bertanya-tanya. Apakah benar baik untuk manjadi baik, ataukah kadang-kadang baik itu jangan-jangan malah buruk? Bahkan dalam ranah positive psychology yang meneliti tentang bagaimana membuat hidup yang baik menjadi lebih baik menyatakan bahwa hal seperti memaafkan, bersyukur, bersemangat dalam kehidupan sehari-hari baik untuk diri kita. Tidak lupa untuk memiliki pandangan positif mengenai masa depan kita yang akan membuat kita menjadi lebih bahagia. Apakah ini benar?

Sayangnya jawabannya tidak sesimple itu. Benar adanya pemikiran positif akan masa depan kadang mampu memberikan kebahagiaan bagi diri kita, sayangnya hal ini bukanlah hal yang baik bila anda sedang mempertimbangkan untuk berinvestasi dalam sebuah bisnis. Benar adanya tindakan memaafkan merupakan tindakan yang pada umumnya baik, Namun hal ini tidak berlaku bila orang yang kita maafkan terus mengulangi kesalahan yang sama.

Karena kita semua ingin bebas dari duka, maka apa yang dapat kita lakukan untuk merasa lebih baik? Dalam artikel Amie Gordon yang mengutip Mcnulty dan Fincham dalam "How do we take the positive out of positive psychology?" Dikatakan bahwa ada baiknya kita tidak menganggap sikap "positif" seperti baik hatisebagai sikap yang selalu baik untuk orang lain. Melainkan kita perlu melihat lebih dalam seperti kapan, di mana, untuk siapakah sikap baik hati bisa membantu mereka untuk menjadi lebih bahagia dan sehat. Mereka menyarankan tiga pendekatan yang sedikit saya ubah:

  1. Melihat konteks: Sebuah sifat "positif" dalam satu konteks belum tentu positif dalam konteks lainnya. Bahkan bisa saja sifat tersebut bisa membahayakan kebahagiaan kita. Misalnya bila kita memiliki pasangan yang kadang lupa mematikan lampu, maka memaafkan dia bisa saja meningkatkan hubungan kita, apalagi bila dia tahu bahwa dia salah. Sedangkan dalam konteks lainnya bila kita memiliki pasangan yang sering meremehkan kita di depan teman-temannya dan tidak merasa bersalah melakukan hal tersebut. Maka sikap memaafkan bukanlah jalan yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan ini. 
  2. Melihat siapa yang kita bicarakan: Tidak semua orang atau semua pekerjaan akan berjalan baik dengan sifat "positif". Seorang klien saya anggap namanya Indra adalah pengusaha sukses. Ia datang ke ruang terapi bukan karena kemauan dia melainkan karena diminta oleh pasangannya karena mereka merasa bahwa ia tidak mau bersifat optimisme dan sudah menolak banyak usaha yang ditawarkan padanya. Dia membicarakan dengan saya bahwa dia bukannya seorang yang melulu pesimis, melainkan dia mengevaluasi peluang dan resiko dari bisnis tersebut dan merasa bahwa resikonya lebih besar daripada peluang. Saya sebagai seorang investor juga setuju pada pandangan tersebut bahwa kadang negative thinking merupakan sifat yang penting bagi pengusaha untuk melihat peluang dan resiko sebuah investasi.
  3. Lihat jangka panjang: Bila orang tua memiliki anak yang doyan makan dan tahu bahwa anaknya sudah makan terlalu banyak namun orang tua tersebut memilih untuk terus membiarkan anaknya makan karena kalau diminta berhenti anaknya akan ngambek, mungkin akan merasa gembira karena menghindari konflik. Namun, dalam jangka panjang saat anak itu kelebihan berat badan, anak tersebut belum tentu puas akan kesehatan yang dimilikinya atau bentuk tubuhnya.
Sekarang ini buku-buku motivasional banyak membicarakan tentang penting berfikir positif, menjadi lebih baik hati, menjadi lebih memaafkan. Hal ini tidaklah buruk, namun dengan mengetahui bahwa tindakan seperti memaafkan dan kebaikan hati bukan berarti hal yang baik untuk setiap orang. Maka kita perlu menjadi lebih hati-hati dalam memilih tindakan kita. Kita harus menjadi lebih skillful sehingga bisa memilih kapan hal "positif" mampu menghasilkan buah yang baik.
Saya akan mengakhiri dengan sebuah cerita:
Suatu hari Buddha bertanya kepada murid Sariputta:
"Sariputta, anggaplah di sebuah kota dalam sebuah negara ada seorang yang sangat kaya. Ia masih muda dan kekayaannya tidak dapat diukur. Ia memiliki banyak tanah, rumah dan pelayan. Rumahnya begitu besar dan luas, namun hanya memiliki sebuah gerbany. Banyak sekali orang yang hidup di rumah tersebut- seratus, dua ratus, atau mungkin lima ratus orang hidup di rumah tersebut. Balai rumah dan kamarnya sudah tua dan mulai membusuk, temboknya rapuh, pilar-pilar yang berada di dasar rumahnya tidak lagi seimbang. Tiba-tiba saat itu terjadi kebakaran besar yang memakan seluruh rumah tersebut. Anak dari orang kaya tersebut ada sepuluh, dua puluh, atau bahkan tiga puluh anak, ada di dalam rumah tersebut. Saat orang kaya tersebut melihat api yang melahap rumahnya, ia terkejut dan merasa takut dan berfikir dalam hati, saya dapat kabur dengan selamat melewati pagar yang terlahap api tersebut, Namun anak-anak saya ada di dalam rumah sedang bermain, tidak sadar akan api yang mendekati mereka. penderitaan dan rasa sakit mendekati mereka, namun pikiran mereka tidak sadar akan hal itu dan tidak mencoba untuk kabur."
"Sariputta, orang kaya ini berfikir, saya memiliki tubuh yang cukup kuat. Saya bisa membungkus mereka dengan jubah atau menaruh mereka di sebuah bangku dan membawa mereka keluar dari rumah. Dan sekali lagi ia berfikir, rumah ini hanya memiliki satu gerbang, dan lagi gerbang itu kecil dan sempit. Anak saya masih sangat muda, mereka tidak mengerti, dan mereka sangat suka bermain, saking asiknya bermain mereka kemungkinan besar akan terbakar oleh api. Saya harus menjelaskan mengapa saya takut dan khawatir. Rumah ini sudah terbakar dan saya harus membawa mereka keluar tanpa membuat mereka terbakar! Berfikir sekali lagi, ia mengikuti rencananya dan memanggil semua anaknya, dan berkata "Kalian harus segera keluar sekarang!" Sayangnya anak-anak tersebut terlalu fokus pada permainan mereka dan tidak menghiraukan ayahnya. Mereka tidak khawatir, tidak takut dan tidak terpikirkan untuk keluar dari rumah. Lebih lagi mereka tidak mengerti apa itu api, apa itu rumah, dan apa itu bahaya. Mereka terus fokus pada permainan mereka dan tidak menghiraukan himbauan ayah mereka."
"Saat itu orang kaya itu berpikir: rumah ini sudah terbakar oleh api besar. Jika saya dan anak-anak saya tidak keluar segera, kita pasti akan terbakar. Saya harus memikirkan sebuah cara yang ahli (skillful) untuk membawa mereka ke tempat yang aman. Sang ayah mengerti anak-anaknya dan tahu mainan apa saja yang disukai anak-anaknya. Dan ia berkata pada mereka, "Semua permainan yang kalian miliki sangat langka dan sulit dicari. Jika kamu tidak ambil saat kamu bisa, kamu akan menyesal di kemudian hari. Misalnya , mainan seperti gerobak kambing, gerobak rusa dan gerobak sapi. Mereka ada di luar pagar sekarang di mana kamu bisa memainkannya. Jadi kamu harus keluar dari rumah yang terbakar ini segera. Lalu apapun yang kamu mau, Aku akan berikan semuanya padamu!' "
"Saat itu juga, anak-anak tersebut mendengar apa yang dikatakan ayahnya mengenai mainan langka tersebut, dan hal itu merupakan apa yang mereka inginkan, mereka langsung lari dengan cepat keluar dari rumah yang terbakar itu. Sang ayah pun menghadiahkan anak-anaknya dengan sebuah kereta berhiaskan permata yang ditarik oleh sapi putih."
Saat Sang Buddha bertanya kepada Sariputta apakah sang ayah telah bersalah atas kebohongannya, ia menjawab.
"Tidak, Buddha. Orang kaya ini hanya mencari dan menggunakan cara yang memungkinkan anak-anaknya untuk keluar dari api dan menyelamatkan hidup mereka. Ia tidak melakukan kebohongan. Mengapa saya mengatakan ini? Karena saat mereka dapat mempertahankan hidup mereka, lalu mereka mendapatkan permainan yang dijanjikan, Dan mereka dengan sebuah tindakan yang bijaksana telah diselamatkan dari rumah yang terbakar!"

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | GreenGeeks Review